Friday, February 13, 2009

Bahase Betawi atawe Dialek Jakarte

Bahasa Betawi atau dialek Jakarta itu, sepertinya terlihat demikian mudah dipelajari. Tinggal mengganti a dengan e pepet (seperti kata ; kuda dengan kude, meja dengan meje, celana denan celane, tiga dengan tige, dst) atau akhiran kan dengan in (seperti bukakan dengan bukain, sayangkan dengan sayangin, tuangkan dengan tuangin, dst) atau juga dengan mengganti awalan me dengan nge (seperti membakar dengan ngebakar, membawakan dengan ngebawain, mengatakan dengan ngatain, dst). Akan tetapi tidak berhenti pada pengubahan kata tersebut saja. Banyak bahasa Betawi atau Jakarta yang sepertinya sudah hilang atau jarang disebut lagi terutama untuk pengucapan suatu benda atau keadaan seseorang atau barang, atau tidakan dan kelakuan seseorang atau sesuatu tersebut.

Kalau dulu, berbahasa Indonesia mungkin dianggap oleh mereka sebagai bahasa melayu tinggi atau 'basenye orang gedongan' yang kecenderungannya seseorang (apalagi suku betawi) dianggap sok belagu atau sok tinggi apabila menggunakan bahasa Indoensia baku tersebut.

Benar, kalau dikatakan bahasa Betawi banyak menyadur berbagai macam bahasa yang diperoleh dari berbagai macam suku bangsa. Pada prinsipnya, apa yang enak didengar dan biasa maka akan menjadi ucapan mereka sehari-hari nantinya. Kalau bisa tentu dengan penerapan bahasanya sendiri.

Sebagai contoh ; Ana atau Anta yang biasa digunakan oleh kaum arab sebagai kata saya dan engkau dengan asik diubah menjadi Ane atau Ente. Begitu juga dengan bahasa lainnya. Kalau pembagian dialek betawi ini (orang belanda bilang BATAVIA, tapi karena susah menyebutnya jadi BETAWI sajalah).

Selain itu, dalam wilayah Jakarta ini juga telah terbagi dalam beberapa wilayah yang menyebabkan adanya perbedaan pengucapan, terutama untuk pengucapan akhiran "a". Ada beberapa wilayah yang mengganti "a" dengan "e pepet" (seperti dalam pengucapan kata bebek) dan ada juga wilayah di Jakarta yang menggantinya dengan "e" seperti dalam pengucapan kata "kecil" dan ada juga sebagian wilayah yang menyebut dengan kata "a'".

Di wilayah tanah abang, kemayoran, atau biasa dibilang betawi kota atau pusat mungkin pengucapan "e" seperti pada pengucapan ke dua. Sedangkan untuk wilayah barat seperti Kebon Jeruk, Palmerah, Rawabelong, Kebayoran Lama, dan sekitarnya lebih sering terdengar menyebut "e" seperti pada pengucapan pertama. Sedangkan untuk wilayah Bekasi, Srengseng, sampai Ciputat lebih terdengar menggunakan kata "a'".

Ada satu kelemahan yang saya temukan dalam sinetron "si Doel Anak Sekolahan" dimana dialek Betawi jadi bermacam-macam karena mempertemukan Almarhum Bang Ben, Rano Karno, Suti Karno, dan Aminah Cendrakasih yang mewakili orang Betawi kemayoran dan Betawi Pusat yang menggunakan logat "a" dengan "e" (seperti pada kata bebek)dengan Bang Mandra, Almarhum Pak Tile, Bang Nasir yang mewakili orang Betawi daerah pinggiran yang menggunakan logat "a" dengan "a'". Selain itu banyak perbedaan istilah yang ditemukan dalam dialog disana. "Biarin" kalau kata Bang Ben tapi "Bagen" kata Bang Mandra. "Makanin" kata Aminah Cendrakasih tapi Bapak Tile bilang "Madangin". Nah, kalau sudah begini jadi bahasa mana yang seharusnya digunakan?

Tapi ada satu kesamaan di dalam suku Betawi ini, yaitu hilangnya pengucapan huruf "f" dan "v" dengan menggantikannya dengan huruf "p" saja. Belum lagi beberapa istilah yang terkadang dari satu wilayah akan berbeda dengan wilayah lainnya. Seperti kata "peci" atau "pici" yang dipakai sebagai penutup kepala untuk sembahyang pada wilayah Betawi pusat tapi Betawi wilayah barat mengatakan "songko".

Jadi, siapa bilang bahasa Betawi itu gampang eh mudah?

Bang Ipin

4 Comments:

Blogger NOOR'S said...

Nah..ntu die bang ! ane sendiri kadang-kadang kagak ngarti bahasanya engkong aye. Klo cuma ganti huruf A jadi E kate orang sih itu bahasanye betawi kota. nah kalo betawi kampung gimane ye..( kamus bahasa betawi jadul udah ade belon ye..? )

3:57 AM  
Anonymous Si Ntong said...

Bang, cuman mau nambain aje, pan kaga semua omong Betawi tinggal ngegonta-ganti A jadi E doang, misalnya kata "Ketepa" (Bahasa Indonesianya 'tertular'), dari Tanjung Priuk ampe Ciputat, dari Cengkareng ampe Condet, kaga ada nyang nyebut jadi "Ketepe".

4:49 AM  
Anonymous Anonymous said...

Betawi bekasi itu yg punya bahasa KETEPA

3:03 PM  
Anonymous Anonymous said...

Ga cuma Di Bekasi dari saya lahir nyeprot 49 tahun lalu di Pademangan Jakarta Utara juga udah ada yg pake bahasa KETEPA.l bang

2:09 PM  

Post a Comment

<< Home